Daerah-Daerah Yang Rawan lahar Hujan Gunung Kelud :
Daerah-Daerah Yang Rawan lahar Hujan Gunung Kelud. |
Lahar hujan Gunung Kelud akan ditampung tujuh sungai yang hulunya ada di gunung tersebut. Lima diantaranya mengalirkan lahar hujan ke Kabupaten Blitar. Dua lainnya ke Kediri. Ada banyak sungai yang dialiri lahar hujan. Intinya warga harus selalu waspada.
Biasanya, lahar hujan akan mengalir ke Sungai Bladak di wilayah Kecamatan Nglegok. Gerakan liar lahar hujan juga bisa masuk ke Sungai Kuning yang berada di Kecamatan Nglegok.
Ketika mengalir ke arah barat, material vulkanik yang bercampur air itu mengarah ke sebagian wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok. Lahar hujan bisa juga mengalir ke sebagian daerah Kecamatan Srengat. Terakhir berhenti di wilayah Tulungagung ujung timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar.
Dari Sungai Kuning, luapan lahar rawan menerjang sebagian permukiman warga Desa Kemloko dan Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun. mengarah ke wilayah timur, yakni Kampung Aceh di Kecamatan Gandusari.
Sungai yang rawan dilewati lahar hujan Kelud adalah Sungai Konto. Tiga Kecamatan di Kabupaten Jombang: Ngoro, Gudo dan Bandar Kedungmulyo, yang dialiri sungai ini akan merasakan lahar hujan. Ada juga Kali Batan, dan Kali Avfour Besuk di Kecamatan Bandarkedungmulyo.
Di Kabupaten Kediri, lahar hujan akan mengalir di Kali Konto di Kecamatan Kunjang, Kali Serinjing di Kecamatan Puncu, Kali Ngobo di Kecamatan Plosoklaten dan Kayen Kidul, Kali Sukorejo di Kecamatan Gampengrejo dan Kayen Kidul, Kali Gedog di Kecamatan Ngadiluwih, dan Kali Dermo di Kecamatan Gurah.
Sementara, di Kabupaten Blitar antara lain Kali Badak di Kecamatan Ponggok dan Nglegok, Kali Termas Lama di Kecamatan Wonodadi dan Udanawu, Kali Termas Baru di Kecamatan Udanawu, Kali Putih di Kecamatan Garum dan Gandusari, Kali Lekso di Kecamatan Gandusari, Wlingi, dan Selopuro, serta Kali Semut di Kecamatan Wlingi dan Gandusari..
selalu waspada dan semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang maha Esa..
(*peta dari Bpk.Rovicky Dwi Putrohari,Ketua IAGI)
Sumber: Komunitas Pemerhati Seismik Indonesia
Komentar
Posting Komentar