Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau!
Foto-Foto Mencekam Kabut Asap Yang Selimuti Riau! |
Tahukah kamu kalau persoalan kabut asap di Riau itu sudah berjalan selama 17 tahun lamanya atau semenjak tahun 1997 silam dan terus berulang kali terjadi. Namun sepertinya kasus kabut asap pada tahun 2014 ini mencapai titik terparah sampai Riau dianggap sebagai kawasan tak layak huni. Bayangkan saja, jarak pandang bandara yang kurang dari 200 meter membuat bandara Sutan Syarif Kasim II ditutup semenjak Rabu (12/3) - Sabtu (15/3) hari ini.
Dengan index asap beracun yang maksimal 300, Riau bahkan menyentuh 1.200 yang membuat daerah itu benar-benar membahayakan. Seperti apa situasi mencekam yang ada di Riau? Berikut ini pemandangannya dan semoga pemerintah yang terkait bisa bertindak tegas pada pelaku pembakaran hutan yang membuat Riau menjadi kacau. Sekali lagi, #PrayForRiau.
6 Bulan Berselang
6 Bulan Berselang. | via @Kyuteukbi |
Ini adalah kondisi di tempat yang sama dalam dua waktu yang relatif tidak terlalu jauh di Pekanbaru. Foto pertama menampilkan kondisi kota Pekanbaru pada 3 September 2013 yang sangat cerah dengan langit biru dan awan putih. Namun sekitar enam bulan berlalu tepatnya pada 13 Maret 2014, pemandangan itu lenyap. Tak ada lagi langit biru yang cerah karena semua sudah tertutupi oleh kabut asap yang sangat pekat.
Pagi Seperti Malam
Pagi Seperti Malam. | via pasangmata.com |
Normalnya adalah jika pagi hari dan sudah lepas pukul tujuh itu adalah kondisi di mana langit berwarna biru sangat terang dengan sinar matahari hangat yang menerpa bumi. Tapi apa yang terjadi di Riau sana sangatlah berbeda. Saat pukul tujuh ketika semua orang melakukan aktivitas kerja atau sekolah justru kondisi masih gelap dan bahkan butuh lampu kendaraan dinyalakan karena jarak pandang terbatas.
Kota Penuh Asap
Kota Penuh Asap. | via @Jueluvpidi |
Bisa dibilang ketebalan kabut asap di kota Pekanbaru bisa dibilang sangat parah bahkan pada Kamis (13/3) kemarin sekitar pukul 13.00 membuat asap tebal seakan menutupi ruas-ruas jalan utama Pekanbaru. Menurut data yang ada, sudah sebulan lamanya rakyat Riau harus menghirup udara kotor akibat polusi asap, dampak kebakaran hutan dan lahan. Penderitaan yang seakan enggan pergi ini membuat publik Riau kesal, putus asa dan juga sedih.
Bandara Tertutup kabut asap
Bandara Tertutup kabut asap. | via @rantyferlisa |
Seperti yang sudah dibilang, karena jarak pandang yang terbatas di bandara Sultan Syarif Kasim II, membuat penerbangan ditutup. Dengan jarak pandang kurang dari 200 meter memang mustahil bagi pesawat lepas landas atau mendarat di Riau. Lihat saja, kondisinya begitu pekat oleh kabut asap. Karena kabut asap ini pula, maskapai penerbangan harus menelan kerugian mencapai 80 juta rupiah setiap kali mereka gagal terbang.
Udara Tak Layak
Udara Tak Layak. | via @infoRIAU |
Bila mengacu pada standar kesehatan internasional, harusnya seluruh warga Riau memang diungsikan. Dengan index asap beracun terparah adalah 300, Riau bahkan sudah menyentuh angka 1.200 yang berarti pemda setempat dan pemerintah pusat harus melakukan tindakan tegas dan secepatnya. Imbas dari kebaran hutan itu adalah udara mengandung CO2 dan partikel metan yang membuat tingkat oksigen menurun drastis dari batas normal 20,93%.
Jika demikian maka berarti apa yang dihirup oleh warga Riau adalah bukan oksigen lagi namun juga zat beracun. Untuk menanggulanginya pun tak bisa memakai masker tipis biasa namun harus memakai masker ber-standar HEPA.
Ini Dia Pemicunya?
Ini Dia Pemicunya?. |via @iskandarsyah13 |
Menurut pantauan satelit melaporkan ada lebih dari seratus total titik api di sekitar Riau yang terus membakar lahan dan hutan yang akhirnya menimbulkan kabut asap tebal. Dampaknya pun tak hanya ke Riau namun sampai menyebar ke Selat Malaka. Dilaporkan ada hampir lima puluh ribu warga menderita penyakit ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit. Jelas bahwa para perambah dan pembakar lahan serta hutan inilah yang menjadi pemicu dari bencana merugikan ini. Jika begini, siapa yang salah? Manusia atau alam?
Rindu Langit Biru
Rindu Langit Biru. |via @Ndho_Shuckit |
Bisa dibilang bahwa kini warga Riau sangat merindukan langit biru yang jernih dengan awan putih dan sinar mentari yang indah. Sepertinya hal yang bisa kamu rasakan setiap hari itu menjadi sesuatu yang sangat mahal bagi warga Riau. Alih-alih melihat langit biru, apa yang mereka lihat sehari-hari di luar rumah saat ini hanyalah kabut asap tebal yang bahkan untuk bernafas saja cukup sulit.
Tak Bisa Melihat Jauh
Tak Bisa Melihat Jauh. |via @WeAreLoveAly |
Pada Kamis (13/3) kemarin sepertinya kabut asap di Riau mencapai salah satu titik paling mengerikan. Bahkan jarak pandang di Pekanbaru hanya mencapai 300 meter sampai pukul 12.00 siang. Coba kamu bandingkan, jika di lokasimu saat ini sebelum pukul 12.00 siang kamu pasti sudah bisa melihat apapun. Dengan kondisi kualitas udara di level berbahaya, hujan deras mungkin satu-satunya yang diharapkan warga Riau untuk terjadi segera saat ini.
Entah Malam Atau Siang
Entah Malam Atau Siang. |via @infoRIAU |
Tebalnya kabut asap di Riau memang membuat siapapun sulit membedakan sedang siang atau malam dalam foto yang ada. Karena ketebalan asap yang sangat mengganggu pernafasan itu seakan membuat sinar matahari pun malu untuk memberikan sinarnya. Para dokter spesialis paru menyebutkan jika idealnya warga Riau memang harus dievakuasi. Saat ini, dalam ruangan ber-AC saja warga Riau berbahaya apalagi berjalan di tengah kotanya yang terselimuti asap?
Matahari Tak Tembus
Matahari Tak Tembus. |via @infoRIAU |
Selain mata yang perih dan sesak nafas dirasakan oleh warga Riau karena kabut asap ini memang sangat merugikan. Fisik tersakiti jelas mental juga merasakan beban yang berat. Dengan jarak pandang pendek dan sinar matahari yang bahkan sulit menembus pekatnya kabut asap, jelas bahwa banyak warga Riau memilih tinggal di dalam rumah.
Menurut laporan merdeka.com, kini Polri terus melakukan penyelidikan soal pembakaran hutan dan lahan di Riau yang sudah mencapai tahap penetapan tersangka hampir 40 orang. Sungguh tangan-tangan tak bertanggung jawab yang membuat puluhan ribu jiwa sulit bertahan hidup. Semoga hukuman sebanding diberikan untuk mereka.
Berbagai Sumber
Komentar
Posting Komentar