Eksplor Desa Puraseda 5: Curug Cisuren dan Curug Cisaat

Rencana awal yang hanya mengunjungi Curug Puraseda danCurug Tengah sekarang bertambah karena bertemu teman baru. Kali ini kami di ajak ke Curug Cisuren dan Curug Cisaat. Curug Cisuren masih ada di sekitaran Curug Puraseda (Kampung Cengal) sementara Curug Cisaat berada di Kampung Cisaat.

Trekking melewati jalan yang tadi kami lalui, mengikuti jalur sungai nanti kita akan bertemu pertigaan dimana ada aliran sungai kecil disebelah kiri atau sebelah kanan kalau dari parkiran. Menyeberang sungai kecil ini kemudian kita memasuki kebun masyarakat. Di kebun ini terlihat banyak pohon duren yang siap panen. 

Setelah melewati kebun sekitar 100m dikejauhan terlihat 2 curug yang berdampingan  Curug Cisuren. Di sebelah kanan curugnya lebih kecil dibanding yang sebelah kiri. Tapi kalau curah hujan sedang tinggi, debit air di kedua curug ini akan berlimpah. 

Curug ini lumayan tinggi, sekitar 20m dengan lebar sekitar 5m dan membentuk dua undakan. Untuk ke undakan pertama kita harus melewati tebing batu hingga sampai di bawah air terjun. Di undakan pertama ini kita bisa berbaris untuk berfoto bersama tapi harus hati-hati jangan sampai tergelincir. Di bawah tidak terdapat kolam sehingga kita tidak bisa berenang di sini hanya bermain air di bawah guyuran air terjun. 
Curug Cisuren
Curug Cisuren
Curug Cisuren
Setelah mengambil beberapa foto bergantian kami melanjutkan perjalanan, tujuan selanjutnya adalah Curug Cisaat.
Karena Curug Cisaat berbeda lokasi/arah dari 3 curug sebelumnya, kami hars balik lagi ke lokasi parkiran/start awal. Sebelum jembatan, kami berbagi kelompok, 4 orang ke parkiran mengambil motor dan sisanya memotong jalan melewati persawahan hingga mencapai jalan utama menuju Kampung Cisaat. Di sebuah warung/satu-satunya warung diarea ini, sebelum jembatan kami parkir motor dan beristirahat sambil ngemil. Oh iya, sebenarnya di warung ini kita bisa parkir untuk mencapai 4 curug ini sekaligus, jadi kita cuman bayar parkiran satu kali.
Warung tempat parkiran ke Curug Cisaat
Setelah mengganjal perut, kami melanjutkan perjalanan menuju Kampung Cisaat. Ada 2 alternatif di sini, lewati jalur sungai ke hulu atau melewati jalan menanjak dan berbatu. Kami memilih berangkat melewati jalan biasa dan pulangnya melewati trek sungai.
Sekitar 50 meter dari warung setelah jembatan ada pertigaan, kanan ke Kampung Cisaat dan lurus ke Kampung Citugu. Maengambil jalur kanan, kami melewati jalan berbatu dan menanjak. Di jalur ini kita juga bisa melihat satu air terjun di bukit sebelah kanan yang belum di explore. 
Gapura Kampung Cisaat
Trek ke Curug Cisaat
Beberapa ratus meter berjalan, kemudian ada jalan setapak ke arah kanan kemudian menuruni bukit (buat yang belum tahu bisa bertanya ke penduduk lokal atau membawa guide). Menuruni bukit yang lumayan terjal dan licin karena lokasi ini belum dibenahi dan belum dikelola. Karena licin beberapa anggota harus ‘ngesot’ hahaha. Sekitar 100-200 meter ke bawah kita bisa menemukan Curug Cisaat.
Menuruni bukit
Curug ini realatif baru diekspos, jadi masih jarang pengunjung kesini. Terdapat 2 undakan. Untuk ke atas harus benar-benar hati-hati karena bebatuannya sangat licin. Mempunyai ketinggian sekitar 20 meter dan pada saat kami datang airnya masih berwarna hijau, bening dan dingin. Karena kami sudah berniat mandi di sini, kamipun berenang di kolam yang tidak begitu luas yang ada di bawah curug yang dalamnya sekitar 1 meter. Rasanya benar-benar menyegarkan sehingga kami lumayan lama di sini.
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Berenang di kesegaran Curug Cisaat
Sekitar jam 13.30 kami harus turun karena mulai gerimis dan air mulai berubah keruh. Menyusuri sungai, kami melewati bebatuan besar dan mennyeberangi sungai yang harus membuat kami ekstra hati-hati. Terdapat juga satu curug kecil di tengah perjalanan. 
Jalur sungai via jalur sungai
Jalur sungai via jalur sungai
Curug kecil di trek sungai
Kembali ke parkiran
Sampai di warung dan berganti pakaian kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Tidak lupa membayar uang parkir Rp. 5.000 walaupun tidak ada tarif khusus. Dan seperti perkiraan kami, di tengah perjalanan kami diguyur hujan lebat dan angin kencang. Dan istirahat sejenak menikmati makan siang yang telat adalah suatu kebahagiaan tersendiri.
Menikmati makan siang yang terlambat
 Link terkait:

Komentar